Tabloid Crypto

MEDIA KOMUNITAS CRYPTO

Akhir Pekan, Koin Kripto Raksasa ‘Loyo’, Dogecoin Anjlok 8%

ilustrasi doge photo by crystal mapes on unsplash 169

Ilustrasi Doge (Photo by Crystal Mapes on Unsplash)

indodax bitcoin indonesia blotspot dot coms
TABLOID CRYPTO – Harga mata uang kripto (cryptocurrency) kembali melemah pada perdagangan Sabtu (17/7/2021) siang Waktu Indonesia, melanjutkan pelemahan pada dua hari sebelumnya.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pukul 11:29 WIB, dari sepuluh kripto dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) terbesar, tujuh di antaranya anjlok selama 24 jam terakhir.

Koin kripto Polkadot menjadi yang paling melorot di antara kripto kelas kakap lainnya, yakni sebesar 10,03% ke harga US$ 11,87/koin. Koin meme Dogecoin juga ambles 8,81% menjadi US$ 0,1701/koin.

BACA JUGA : 5 Platform yang Bisa Digunakan Untuk Membuat NFT Sendiri

Sementara sang ‘raja’ Bitcoin juga ikut turun sebesar 1,99% menjadi US$ 31.276,12/koin. Ethereum pun merosot 3,9% ke US% 1.870,46/koin. Dalam sepekan kedua koin gede ini anjlok masing-masing sebesar 7,57% dan 12,44%.

Laju Pergerakan Harga 10 Besar Koin Kripto pada Sabtu (17/7)

Koin Kripto Harga (US$) % 24 Jam % 7 Hari
Bitcoin 31,276.12 -1.99 -7.57
Ethereum 1,870.46 -3.9 -12.44
Tether 1.00 0.03 0.10
Binance Coin 298.25 -7.07 -5.39
Cardano 1.16 -6.28 -13.74
XRP 0.5793 -5.11 -8.18
USD Coin 1.00 0.03 0.7
Dogecoin 0.1701 -8.81 -22.55
Polkadot 11.87 -10.03 -23.19
Binance USD 1.00 0.02 0.08

Sumber: Coinmarketcap.com | pukul: 11.29 WIB

Adapun Tether, USD Coin dan Binance USD berhasil naik tipis secara beturut-turut sebesar 0,03%, 0,03%, dan 0,02%.

Di tengah pelemahan koin-koin raksasa, koin ‘receh’ NEM menjadi ‘jawara’ dalam 24 jam terakhir dengan naik 13,23% ke US$ 0,1596/koin. Di bawah NEM ada Basic Attention Token yang melonjak 13,23%.

Sementara, koin kripto Axie Infinity harus rela berbagi tempat dengan koin Stacks yang sama-sama jadi ‘pecundang’ dalam 24 jam terakhir, dengan ‘terjun bebas’ masing-masing sebesar 24,48% dan 19,99%.

Analis menjelaskan, Bitcoin cenderung mengikuti pergerakan pasar saham global yang juga sedang melemah.

Beberapa analis pun memperingatkan kepada investor di kripto bahwa bahwa pasar mungkin siap untuk penurunan baru.

“Bitcoin memang terlihat sedang rapuh, kecuali kita dapat melihat garisbreakyang jelas ke wilayah positif, namun kami sulit untuk mengasumsikan kenaikan kembali.” kata Lennard Neo, kepala penelitian untuk Stack Funds, dikutip dari CoinDesk.

Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell yang berpidato di hadapan Kongres AS pada Rabu (14/7/2021) lalu membuat kripto sedikit terbebani, di tengah prospek inflasi yang terlalu besar ketika ekonomi mulai dibuka kembali dan kemungkinan peluncuran dolar digital juga turut menjadi sentimen negatif bagi pasar kripto.

Powell pun terkejut dengan meningkatnya inflasi Juni. Indeks harga konsumen (IHK) AS naik pada laju tercepat mereka dalam 13 tahun.

Walaupun begitu, bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tersebut tetap berpegang teguh bahwa kenaikan itu hanya bersifat sementara.

Powell masih mempertahankan argumennya dengan alasan untuk mempertahankan suku bunga rendah dan pembelian obligasi pemerintah (Treasury) bulanan sebesar US$ 120 miliar tanpa ketakutan akan harga yang tidak terkendali.

Inilah masalah terpenting bagi para trader Bitcoin yang bertaruh bahwa cryptocurrencytersebut akan mempertahankan nilainya karena daya beli dolar yang sedang melemah atau bahwa ia akan menghadapi tekanan jual sebagai aset berisiko jika The Fed mulai bergerak untuk mengendalikan stimulus moneternya.

“Kami mengalami kenaikan inflasi yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak orang sebelumnya, bahkan lebih besar dari yang saya harapkan, namun kami masih berusaha untuk memahami apakah hal itu akan berlalu dengan cukup cepat, atau apakah kami perlu bertindak dengan satu atau cara lainnya.” kata Powell dalam pidatonya.

Secara terpisah, Powell mengatakan dia ragu-ragu apakah manfaat mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC) lebih besar daripada biayanya.

“Rute yang lebih langsung adalah mengatur stablecoin,” kata Powell, dilansir dari CoinDesk.

“Kewajiban kami adalah untuk mengeksplorasi teknologi dan masalah kebijakan selama beberapa tahun ke depan, sehingga kami berada dalam posisi untuk membuat rekomendasi yang tepat.” tambahnya.

Di tengah sentimen negatif, melansir CoinDesk, Jumat (16/7) Bank of America, bank terbesar kedua di AS, telah menyetujui perdagangan Bitcoin berjangka (future) untuk beberapa klien, menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut tetapi menolak memberitahukan identitasnya.

BACA JUGA : Cara Investasi Bitcoin Pemula yang Menguntungkan

Menurut pengamatan CoinDesk, sejumlah bank investasi dilaporkan mengizinkan klien untuk berinvestasi dalam produk kripto. Pada bulan Maret, Goldman Sachs mengkonfirmasi rencana untuk meluncurkan kembali trading desk cryptocurrency setelah tiga tahun absen.

Kemudian, pada bulan Mei, bank investasi mulai membeli dan menjual bitcoin berjangka dalam perdagangan blok melalui Chicago Mercantile Exchange (CME) Group, menggunakan Cumberland DRW sebagai mitra dagang.

Menurut salah satu sumber kepada CoinDesk, Bank of America juga akan menggunakan CME futures, menurut salah satu sumber. Namun, ketika CoinDesk mencoba mengkonfirmasi, Bank of America menolak berkomentar mengenai hal tersebut.

Sumber : cnbcindonesia.com

unnamed 1