Tabloidcrypto News – Teknologi blockchain, termasuk aset kripto dan non fungible token (NFT) diyakini memiliki multiplier effect yang positif bagi perekonomian Indonesia jika diaplikasikan dengan benar.
Literasi kepada masyarakat luas serta regulasi yang tepat juga perlu dilakukan agar Indonesia dapat mengaplikasikan teknologi ini lebih cepat dan efisien Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) & COO Tokocrypto, Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan teknologi blockchain, termasuk aset kripto dan NFT bisa menciptakan multiplier effect positif yang meluas dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan dan konsumsi, sehingga meningkatkan perekonomian.
“Blockchain saat ini sudah menjadi salah satu teknologi yang krusial secara global. Teknologi ini dapat diaplikasikan di banyak sektor dan memberi manfaat yang luas bagi masyarakat secara langsung maupun tidak. Langkah baiknya, blockchain memberi harapan dukungan efisiensi dan transparansi sehingga Indonesia dapat mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat,” kata Manda dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (12/3/2022).
BACA JUGA :Â Respons Asosiasi Terkait Perintah Eksekutif Joe Biden tentang Kripto
Lebih lanjut, Manda mengatakan perkembangan teknologi blockchain begitu cepat dan saat ini masih dalam tahap awal. Indonesia seharusnya bisa mengadopsinya lebih cepat dan memimpin perkembangan teknologi blockchain di kawasan Asia Tenggara.
Menurutnya, peluang pengaplikasian project blockchain di Indonesia juga luar biasa luasnya. Blockchain bisa diimplementasikan dalam berbagai sektor, meliputi perbankan, media sosial, hiburan, kesehatan, asuransi, properti, olahraga, energi, pemerintahan, dan berbagai industri lainnya.
Blockchain dan aset kripto masih dalam tahap pertumbuhan dan memerlukan waktu yang panjang untuk adopsi massal. Keuntungan menjadi yang pertama dalam memanfaatkan momentum ini adalah peluang untuk mendapat manfaat masih cukup besar.
“Tantangannya kemudian, bagaimana menyeleksi project yang benar-benar akan bertahan dan diadopsi oleh masyarakat luas,” jelasnya.
Dia menuturkan, salah satu hambatan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia adalah persoalan literasi. Sebagian masyarakat awam masih memandang blockchain adalah aset kripto atau bahkan menyebutnya dengan Bitcoin. Faktanya kedua hal itu berbeda, walaupun saling berkaitan.
Peningkatan pemahaman literasi konsep teknologi blockchain juga beriringan dengan menciptakan kualitas sumber daya manusia. Pemanfaatan teknologi blockchain membutuhkan akselerasi penguasaan teknologi digital, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih luas dan masif.
BACA JUGA :Â El Savador Segera Terbitkan Obligasi Bitcoin, Namun Tergantung Situasi di Perang Ukraina
“Menelisik lebih jauh, tak bisa dipungkiri seiring dengan meningkatnya pamor aset kripto, banyak orang yang ingin terlibat lebih jauh dalam pekerjaan di bidang blockchain, dalam berbagai proyek serta yang tak kalah penting peran teknologi di belakangnya yang bahkan mampu menggeser pekerjaan di sektor konvensional,” tutur Manda.
Pertumbuhan investasi aset kripto yang eksponensial turut membuat masyarakat semakin tertarik dengan teknologi blockchain. Maka demikian, bisa dibilang perdagangan aset kripto di Indonesia sebagai perintis penggunaan blockchain yang telah diatur resmi oleh Bappebti di bawah Kementerian Perdagangan.
Kepastian regulasi dan literasi yang masif tidak menutup kemungkinan banyak pemangku kepentingan yang akan lebih terbuka menerima teknologi ini di masa mendatang. “Percayalah bahwa semua akan ter-blockchain pada waktunya,” pungkasnya.
Sumber : market.bisnis.com