Tabloid Crypto

MEDIA KOMUNITAS CRYPTO

Masuk Semester 2, Ini 5 Tantangan Bitcoin

1621637793

Ilustrasi bitcoin. (Foto: CNBC)

indodax bitcoin indonesia blotspot dot coms
TABLOID CRYPTO – Bitcoin melaju kencang di awal tahun ini, menembus level tertinggi US$ 65.000. Namun, aset yang terkenal sangat volatil ini tidak mampu bertahan dan di akhir semester pertama turun 47% dari puncaknya. Memasuki semester kedua, ini lima risiko yang harus dihadapi bitcoin, menurut CNBC.com.

1. Regulasi
Negara-negara mulai memperketat industri cryptocurrency, mulai dari AS hingga Tiongkok. Tiongkok sudah menutup fasilitas penambangan kripto dan melarang perbankan dan perusahaan keuangan melayani transaksi kripto. Perusahaan trading bitcoin ternama Binance juga baru-baru ini dilarang melakukan aktivitas di Inggris.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga baru-baru ini mengeluarkan peringatan bahwa kripto dapat digunakan untuk transaksi ilegal. Tahun lalu, mantan Presiden AS Donald Trump mengusulkan RUU antipencucian uang di mana orang-orang yang melakukan transaksi kripto di atas US$ 3.000 wajib dicek identitasnya.

Simon Yu, co-founder start-up kripto StormX, justru menyambut positif crackdown bitcoin di Tiongkok. Menurutnya, hal ini dapat mengakibatkan desentralisasi. Dia juga mengatakan over-regulasi di AS dapat menjadi masalah.

“Terlalu banyak departemen di AS yang mengatur kripto. Apakah kripto itu sekuritas, komoditas, atau properti? Sampai saat ini, AS belum memahami bagaimana cara mengatur industri ini, sehingga terkadang keputusan yang diambil justru menyulitkan kripto,” kata dia.

BACA JUGA : Menebak Harga Bitcoin pada 2022 Usai Alami Tekanan

2. Volatilitas
Volatilitas bitcoin sangat ekstrem. Sempat menyentuh US$ 64.829 pada bulan April, bersamaan dengan IPO Coinbase, kemudian jatuh ke US$ 28.911 pada bulan Juni, bahkan sempat negatif. Saat ini, sudah kembali ke kisaran US$ 34.000.

Pihak-pihak yang optimistis akan bitcoin (bitcoin bulls) menganggap bitcoin sebagai “emas digital” di mana investasi bitcoin bisa memberikan keuntungan yang besar di tengah turbulensi ekonomi.

Ross Middleton, CFO dari DeversiFi, mengatakan volatilitas dapat menjadi daya tarik investor, karena dengan alokasi dana yang kecil bisa mendapat untung yang besar. Namun, pergerakan yang stabil di US$ 30.000-US$ 40.000 dapat menjadi basis harga, sehingga menarik modal baru ke pasar kripto.

3. Isu Lingkungan
Aktivitas menambang bitcoin memboroskan energi yang sangat besar. Konsumsi energi naik berbanding lurus dengan kenaikan harga bitcoin.

CEO Tesla Elon Musk sempat membeli bitcoin US$ 1,5 miliar dan menerima bitcoin sebagai alat pembayaran. Namun, Musk kemudian berbalik arah dan menghentikan transaksi dengan bitcoin karena alasan lingkungan.

4. Pengawasan Stablecoin
Stablecoin adalah jenis koin yang valuasinya mengikuti aset di dunia nyata, seperti dolar AS. Pekan lalu, Presiden the Federal Reserve Boston Eric Rosengren mengatakan tether, stablecoin yang mengikuti nilai tukar dolar 1:1, adalah ancaman kepada sistem keuangan.

Investor kripto sering menggunakan tether untuk membeli aset kripto, tetapi beberapa investor mulai khawatir tether tidak memiliki cadangan dolar yang cukup untuk menjustifikasi kurs tether terhadap dolar.

Token tether mencapai US$ 60 miliar dalam sirkulasi, lebih besar dari sebagian besar bank AS. Kekhawatiran juga muncul karena adanya dugaan tether digunakan untuk memanipulasi harga bitcoin.

BACA JUGA : Binance Coin Jadi Aset Kripto Paling Unggul Sepanjang Semester I-2021

5. Koin Meme dan Penipuan
Dogecoin, koin yang awalnya hanya untuk main-main, tiba-tiba naik pesat hingga pada suatu waktu, valuasi seluruh koin ini lebih mahal daripada Ford dan perusahaan-perusahaan besar AS lainnya. Naiknya Doge karena “pompom” atau “digoreng” oleh Elon Musk. Harga Doge kini sudah terdepresiasi secara signifikan.

Terpisah, koin kripto bernama titan anjlok hingga tidak bernilai sama sekali. Salah satu pemegang titan adalah konglomerat pemilik klub basket Dallas Mavericks.

Simon Yu mengatakan semakin banyak scam terkait kripto. Terkait koin meme, banyak investor terjebak pump and dump, di mana harga koin naik tinggi karena “digoreng” atau disuntik dengan pembelian yang masif, lalu anjlok setelah “penggorengnya” untung.

Sumber : cnbc.com

1599719601191