TABLOID CRYPTO – Harga Bitcoin kembali melanjutkan relinya ke level US$ 40 ribu seiring tren pemulihan pasca terjun bebas beberapa waktu lalu.
Seperti dilansir Bisnis, aset digital terbesar itu terpantau menguat hingga level US$ 40.866 sebelum kembali bergerak di kisaran US$ 39.600 pada pukul 07.08 waktu New York, Rabu, 26 Mei 2021.
Adapun Bloomberg Galaxy Crypto Index naik 9 persen sejalan dengan penguatan aset kripto lainnya, seperti Ether.
BACA JUGA : Harga Bitcoin Mulai Nanjak Lagi, Sekarang Tembus Rp 570 Juta
Aset-aset kripto telah bergerak liar selama beberapa hari terakhir setelah miliarder Elon Musk memicu aksi jual dengan mengkritik konsumsi energi Bitcoin dan mengatakan Tesla Inc. menangguhkan pembayaran menggunakan token tersebut.
Hal tersebut juga ditambah dengan munculnya retorika regulasi yang keras dari Cina terkait cryptocurrency. Alhasil para investor yang terpengaruh dengan sentimen-sentimen tersebut melepas kepemilikannya di aset digital.
Saat koin digital mendapatkan kembali kerugian, beberapa penganut cryptocurrency mengambil perubahan terbaru dengan tenang.
Nic Carter dari Castle Island Management mengatakan Bitcoin memang terkenal akan volatilitasnya. Bahkan hal tersebut menjadi fitur mata uang kripto tersebut.
Menurutnya, naik-turun harga Bitcoin telah diperkirakan sebelumnya. “Kami melihat ada dinamika dari berita dari Cina, jadi tidak mengejutkan saya bahwa segala sesuatunya tetap tidak stabil,” katanya, seperti dikutip Bisnis, Rabu.
Sebagai rumah bagi sebagian besar penambang kripto dunia, Cina telah lama menyatakan ketidaksenangan dengan anonimitas yang diberikan oleh Bitcoin dan token kripto lainnya.
Pukulan terbaru dari pemerintah Cina datang minggu lalu ketika negara tersebut mengulangi peringatan bahwa mereka bermaksud untuk menindak penambangan cryptocurrency sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan risiko keuangan.
BACA JUGA : Mau Pilih Saham Vs Kripto? Yuk Pelajari Potensi & Risikonya!
Founder Sundial Capital Research Inc. Jason Goepfert mengatakan, jika melihat data secara historis, berakhirnya keperkasaan Bitcoin di atas rata-rata harga selama 200 hari ke belakang yang diikuti volatilitas yang sangat tinggi bukanlah sinyal yang positif. “Jika kita melihat sejarahnya, jelas ini bukanlah pertanda baik,” ujar dia.
Bitcoin saat ini berada sekitar US$ 25 ribu lebih rendah dari rekor tertingginya yang ditembus pada April lalu, yakni hampir US$ 65 ribu. Adapun lebih dari 7.000 token yang dilacak oleh CoinGecko nilainya susut US$ 700 miliar lebih menjadi sekitar US$ 1,8 triliun.
Akan tetapi, jika ditarik dalam rentang waktu yang lebih jauh, mata uang kripto masih membukukan pertumbuhan signifikan. Tercatat, Bitcoin telah naik 358 persen sejak tahun lalu, kemudian Ethereum tumbuh setidaknya 1.300 persen dan Dogecoin sekitar 14.000 persen.
Sumber : bisnis.tempo.co
Berita selanjutnya
Prediksi Teknikal Aset Bitcoin Ini Tetap Bervariasi
Bitget Prediksi Bahwa Industri Kripto Akan Terus Berkembang
Bursa Kripto HTX Kembalikan Layanan Bitcoin Setelah Terkena Peretasan