Untuk lebih spesifik, beberapa kripto memiliki persediaan yang meningkat seiring waktu, sementara beberapa lainnya memiliki persediaan tetap. Namun, sebagian kecil kripto datang dengan total pasokan yang semakin berkurang yang terlihat deflasi. Token semacam itu disebut sebagai kripto deflasi.
Seperti yang kita ketahui, beberapa aset kripto yang hadir dengan jumlah pasokan tetap, seperti Bitcoin (BTC), secara umum akan menjadi kripto deflasi dengan sendirinya. Terlebih, jumlah pasokan beredar BTC semakin sedikit meningkat karena adanya mekanisme halving pada penambangannya.
Baca Juga : Pendukung Kripto Ini Optimistis Bitcoin Dapat Sentuh Rp 14,6 Miliar pada 2030
Tidak seperti mata uang fiat yang selalu mengalami inflasi, kripto seperti Bitcoin dirancang untuk menolak inflasi dan terus meningkatkan nilainya dalam jangka panjang. Inilah arti sesungguhnya dari deflasi pada aset. Pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto, telah dengan sangat teliti merancang BTC, agar tidak menjadi uang digital yang sama seperti fiat, yang nilainya terus merosot sepanjang tahun.
Dan untuk sebuah token, untuk menjadi aset kripto deflasi, pengembang dapat menerapkan mekanisme burn, yakni menghilangkan sejumlah token dari peredaran, selamanya, dengan memindahkannya ke dompet kripto yang tidak dapat diakses oleh siapa pun dan dengan cara apa pun. Dan metode burn yang paling umum dan banyak diterapkan adalah, dilakukan secara manual.
Melirik langkah tersebut, token asli bursa kripto CoinEx, CET, telah menerapkan mekanisme burn dan juga pembelian kembali (buyback) untuk menjadi kripto deflasi. “Dalam perjanjian nilai CET, CoinEx akan membeli kembali CET setiap hari dengan 50 persen dari pendapatan biaya perdagangannya dan membakar semua CET yang dibeli kembali pada akhir setiap bulan hingga total pasokan CET berkurang menjadi 3 miliar,” ungkap Pendiri dan CEO dari CoinEx, Haipo Yang.
Baca Juga : Kapan Harga Bitcoin Cs Pulih? Ini Penjelasan Raja Kripto RI
Haipo pun menambahkan bahwa CoinEx akan terus membelanjakan 20 persen pendapatan dari biaya perdagangan bursa untuk mekanisme buyback. Nantinya, token hasil buyback akan di-burn sampai token hanya tersisa sesuai target. Ini diharapkan dapat menjadikan CET aset kripto deflasi dalam jangka panjang.
Selain itu, tujuan menjadi kripto deflasi juga diwujudkan dengan terus mengembangkan ekosistem CoinEx. “Langkah tersebut akan meningkatkan kasus penggunaan dan permintaan dari pengguna, sehingga saat jumlah pasokan kian menipis dan permintaan meningkat, secara alami harga akan terapreasi,” tambah Haipo Yang.
Sumber : infokomputer.grid.id
1 thought on “Meski Serupa, Namun Ini Bedanya Bitcoin dengan Kripto CoinEX”