Crypto News – Pada pekan lalu bisa dikatakan sebagai pekan yang buruk bagi industri kripto, di mana sebagian besar kripto mengalami koreksi parah hingga menyentuh level terendahnya lebih dari setahun terakhir bahkan sejak akhir tahun 2017.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap, harga Bitcoin sempat menyentuh posisi terendah sejak akhir tahun 2017, yakni di kisaran US$ 17.000 pada Minggu (19/6/2022) pagi sekitar pukul 04:00 WIB. Sepanjang pekan lalu, Bitcoin ambruk hingga sekitar 34%.
Adapun dari harga tertinggi sepanjang masanya yang tercipta pada November 2021 di harga US$ 67.566,83 per koin hingga perdagangan Minggu pagi, harganya ambruk hingga 73,74%
Sedangkan dari kapitalisasi pasarnya, Bitcoin per Minggu kemarin ambruk menjadi sekitar US$ 338 miliar. Padahal sekitar setahun yang lalu, kapitalisasi pasar Bitcoin mencetak rekor tertingginya sekitar US$ 1,27 triliun.
Baca Juga : Bitcoin Amblas, Aset Kripto Disebut Masuk Musim Dingin
Pada Senin siang hari ini, harga Bitcoin sudah mulai menguat ke kisaran US$ 20.000. Kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai US$ 382 miliar.
![]() Bitcoin (BTC) |
Tak hanya Bitcoin, Ethereum, koin digital (token) terbesar kedua sekaligus menjadi token alternatif (alternate coin/altcoin) terbesar juga menyentuh zona terendahnya kemarin. Zona terendah Ethereum pun mencapai kisaran US$ 890 per keping, terendah sejak awal tahun 2018.
Sepanjang pekan lalu, Ethereum anjlok hingga sekitaran 34%. Sedangkan dari harga tertingginya yang juga terbentuk pada November tahun lalu di kisaran US$ 4.800, hingga perdagangan kemarin harganya sudah anjlok hingga 81,39%.
Dari kapitalisasi pasarnya, hingga perdagangan Minggu kemarin mencapai US$ 108,81 miliar. Sedangkan setahun yang lalu, kapitalisasi pasar Ethereum sempat mencapai US$ 569,09 miliar.
Pada siang hari ini, harga Ethereum sudah menyentuh kembali kisaran US$ 1.080.
![]() Ethereum (ETH) |
Tak hanya dua kripto utama saja yang terkoreksi parah dan menyentuh zona terendahnya dalam lebih dari setahun terakhir, token stablecoin yang dikenal banyak orang sebagai kripto paling stabil juga terpengaruh.
Di stablecoin Tether (USDT), harganya sempat menyentuh US$ 0,9959 per keping, terendah sejak setahun terakhir. Kapitalisasi pasarnya pun terus mengalami penurunan, di mana per hari ini mencapai US$ 67,84 miliar.
Namun di stablecoin USD Coin (USDC), harganya pada pekan lalu cenderung lebih stabil di pasaknya yakni US$ 1, hanya terkoreksi tipis ke harga US$ 0,9996. Berbeda dengan USDT, kapitalisasi pasar USDC justru terus menguat, di mana per hari ini mencapai US$ 55,84 miliar.
Pekan yang menakutkan di pasar kripto sebagian disebabkan oleh tekanan dari ekonomi makro, termasuk inflasi yang meningkat dan serangkaian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Adapun untuk kronologi dimulai ambruknya pasar kripto pada Senin awal pekan lalu hingga Minggu kemarin.
Senin
Pada awal pekan lalu, Bitcoin anjlok hingga 17% dalam sehari dan konon pada hari itu, crypto winter atau ‘musim dingin’ kripto dimulai.
Dalam kekacauan itu, Celsius Network, sebuah firma pemberi pinjaman kripto besar, mengejutkan pasar ketika mengumumkan bahwa semua penarikan, pertukaran, dan transfer antar akun telah dihentikan sementara karena ‘kondisi pasar yang ekstrem’.
Dalam sebuah memo yang ditujukan kepada komunitas Celsius, platform tersebut juga mengatakan bahwa langkah tersebut diambil untuk “menstabilkan likuiditas dan operasi”.
Celsius secara efektif mengunci aset kripto senilai US$ 12 miliar yang mereka kelola, meningkatkan kekhawatiran tentang solvabilitas platform.
Berita itu menyebar ke seluruh industri kripto, mengingatkan pasar tentang yang terjadi pada bulan Mei, ketika proyek stablecoin yang dipatok dolar AS yakni TerraUSD (USDT), kehilangan nilai US$ 60 miliar dan menyeret industri kripto yang lebih luas ke bawah bersamanya.
Selasa
Terjatuh di Senin, harga Bitcoin dan Ether stabil pada Selasa. Bitcoin bertengger di US$ 22.000 dan Ether US$ 1.100. Investor menilai kejatuhan Celsius dan beberapa perusahaan kripto melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menjaga arus kas mereka.
Bursa kripto terbesar ketiga di dunia yakni Coinbase mengumumkan telah memberhentikan hampir seperlima dari tenaga kerjanya karena volatilitas kripto. Perusahaan sebelumnya telah memotong pengeluaran dan bahkan membatalkan tawaran pekerjaan dengan harapan menstabilkan bisnisnya.
“Kami memiliki laporan inflasi baru-baru ini yang menurut saya mengejutkan banyak orang,” jelas Presiden dan Chief Operating Officer Emilie Choi, Minggu (19/6/2022) kemarin.
Perusahaan kripto di seluruh papan mencari cara untuk memotong biaya, karena investor ingin keluar dari aset paling berisiko dan menurunkan volume perdagangan.
Bursa kripto yang bermarkas di Singapura yakni Crypto.com pada pekan lalu juga mengumumkan pengurangan staf sebanyak 260 orang, seperti yang dilakukan bursa kripto Gemini, yang mengatakan akan memberhentikan 10% dari tenaga kerjanya.
Rabu
CEO dari MicroStrategy, Michael Saylor muncul di CNBC pada Rabu pagi waktu AS untuk membahas kekhawatiran seputar perusahaannya, yang telah bertaruh sebesar US$ 4 miliar dalam Bitcoin.
Saylor mengatakan bahwa perusahaan tersebut berfungsi ganda sebagai perusahaan exchange-traded fund (ETF) di bursa Bitcoin spot pertama dan satu-satunya di AS. MicroStrategy adalah yang paling dekat dengan ETF spot Bitcoin.
MicroStrategy telah menggunakan utang perusahaan untuk membeli Bitcoin. Pada Maret lalu, Saylor memutuskan untuk mengambil langkah lain menuju normalisasi keuangan yang didukung Bitcoin ketika ia meminjam sebesar US$ 205 juta menggunakan Bitcoinnya sebagai jaminan untuk kemudian membeli lebih banyak mata uang kripto.
“Kami memiliki jaminan sebesar US$ 5 miliar. Lalu kami meminjam US$ 200 juta. Jadi saya tidak menyuruh orang untuk keluar dan mengambil pinjaman dengan leverage tinggi. Apa yang saya lakukan, saya pikir, adalah melakukan yang terbaik untuk memimpin dan menormalkan industri pembiayaan yang didukung Bitcoin,” kata Saylor, dikutip dari CNBC International.
Ketika harga Bitcoin mulai merosot pekan lalu, investor khawatir bahwa MicroStrategy akan diminta untuk memberikan lebih banyak agunan untuk pinjamannya, tetapi Saylor mengatakan ketakutan itu berlebihan.
Kamis
Rabu sore waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin (bp), yang merupakan kenaikan paling agresif sejak 1994. The Fed mengatakan langkah itu dilakukan dalam upaya untuk mengekang inflasi yang tinggi.
Harga kripto awalnya reli dipicu sentimen investor yang berharap Negeri Paman Sam bisa menghindari resesi. Namun, reli itu berumur pendek.
Bitcoin turun menjadi sekitar US$ 20.000, ke harga yang belum pernah dilihatnya sejak akhir tahun 2020. Kerugian terkait erat dengan aksi jual di Wall Street, Dow Jones turun 700 poin ke level terendah dalam lebih dari setahun.
Tampaknya investor tidak dapat menghilangkan ketakutan akan resesi, dan beberapa mengatakan perlu waktu bagi cryptocurrency untuk pulih dari aksi jual aset berisiko.
Baca Juga : Mengenal Fan Token yang Kini Banyak Dilirik Klub Olahraga Dunia
Jumat, Sabtu, dan Minggu
Pembantaian di pasar kripto tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, karena investor pemegang Bitcoin dan Ether melanjutkan aksi jual mereka dengan cepat hingga Sabtu sore.
Ini terjadi ketika dana lindung nilai kripto dan bisnis menghadapi pertanyaan yang berkembang tentang kebangkrutan.
Pada Minggu pagi waktu Indonesia, Bitcoin dan Ethereum pun menyentuh level terendahnya sejak akhir tahun 2017 (Bitcoin) dan awal tahun 2018 (Ethereum), di mana Bitcoin menyentuh kisaran US$ 17.000 dan Ethereum menyentuh kisaran US$ 890.
Sumber : cnbindonesia.com
Berita selanjutnya
Faktor Penyebab Harga Bitcoin Mungkin Tembus Rp 1,5 M Tahun Depan
Kerugian Kripto Menggemparkan: Dalam waktu singkat, $343 Juta hilang!
Bagaimana Rally Santa Claus Mempengaruhi Pasar Kripto