Hikayat Kripto Setahun Terakhir, dari Puncak Kejayaan ke Gelombang Kebangkrutan

oleh -202 Dilihat
Ilustrasi Bitcoin
Ilustrasi BITCOIN

1599719601191
Crypto News – Setahun yang lalu, dunia kripto mencapai puncak tertingginya. Bitcoin mencapai level tertingginya, ethereum semakin digemari, non fungible token (NFT) booming. Coinbase mengukir rekor perdagangan dan Miami Heat memulai musim baru NBA di stadion yang disponsori FTX.

Ternyata, November 2021 adalah puncak kejayaan kripto karena sejak saat itu hingga sekarang dunia kripto anjlok.

Dalam 12 bulan sejak bitcoin mencapai titik puncaknya di $68.000, mata uang digital terbesar telah kehilangan 75% valuasinya. Industri kripto yang dulu bernilai sekitar $3 triliun, sekarang berada di sekitar $900 miliar.

Baca Juga : Mayoritas Kripto Perkasa Pagi Ini, Bitcoin Kembali Unjuk Gigi

Alih-alih bertindak sebagai lindung nilai terhadap inflasi, bitcoin malah menjadi aset spekulatif lain yang didorong kaum crypto bros di belakangnya dan terjun ketika investor mulai ketakutan.

FTX merogoh US$ 135 juta tahun lalu untuk kontrak penamaan stadion selama 19 tahun dengan Miami Heat. Lebih gila lagi, Crypto.com menghabiskan US$ 700 juta untuk mensponsori stadion LA Lakers.

Dalam sekejap, FTX, yang memiliki valuasi US$ 32 miliar, mengajukan perlindungan pailit pada 11 November 2022 karena likuiditas mengering. Seminggu sebelumnya, perusahaan mengaku masih baik-baik saja. Kini, pelanggan menuntut penarikan, dan saingan mereka, Binance, membatalkan perjanjian untuk akuisisi FTX. Pendiri FTX Sam Bankman-Fried mengakui bahwa dia “telah membuat kesalahan besar” dan telah mengundurkan diri sebagai CEO.

Miami Heat minggu lalu juga mengatakan akan mengakhiri kerja sama dengan FTX. Sementara Crypto.com juga diisukan mengalami kekeringan likuiditas, sesuatu yang telah dibantah perusahaan.

“Melihat ke belakang sekarang, euforia dan harga kripto diperdagangkan jauh di atas nilai fundamental apa pun,” kata Katie Talati, direktur riset di Arca, sebuah perusahaan investasi yang berfokus pada aset digital, kepada CNBC.com. “Karena penurunannya begitu cepat dan besar, banyak yang menyatakan bahwa aset digital sudah mati.”

Apakah crypto akan selamanya hancur atau pada akhirnya akan pulih? Talati mengatakanm tahun 2022 ibarat seleksi alam yang mengungkap banyak kelemahan industri. Kebangkrutan demi kebangkrutan, PHK demi PHK terjadi sejak pertengahan tahun. Investor pun gigit jari karena tidak bisa menarik uang mereka. Bahkan ada yang sampai bunuh diri.

Crypto seharusnya menghadirkan transparansi. Semua transaksi di blockchain dapat dilacak. Konon, bank-bank dan regulator akan menjadi konsep usang, digantikan oleh blockchain.

Namun, narasi itu telah hilang dan irelevan.

“Industri kripto harus mendewasakan diri dan menyambut kedatangan regulator ke ruang ini. Masa depan industri ini adalah aset digital yang terdaftar dan diperdagangkan di bursa yang diawasi pemerintah, di mana setiap orang memiliki perlindungan investor yang mereka butuhkan,” kata Michael Saylor, executive chairman MicroStrategy.

Kejatuhan kripto dimulai pada akhir 2021. Saat itu tingkat inflasi AS mulai melonjak dan memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mulai menaikkan biaya pinjaman. Bitcoin jatuh 19% pada bulan Desember, karena investor beralih ke aset safe haven.

Aksi jual berlanjut di bulan Januari, dengan bitcoin jatuh 17% dan ethereum anjlok 26%. NFT di Indonesia sempat mengalami masa hype di bulan Januari berkat fenomena NFT selfie Ghozali yang laku terjual Rp 47 miliar saat itu.

Setelah itu, kripto sempat stabil tetapi kemudian, pada bulan Mei, stablecoin menjadi tidak stabil. Aset digital yang menggunakan nilai tukar dolar sebagai underlying itu anjlok. TerraUSD atau UST, yang seharusnya memiliki nilai tukar 1 UST=US$ 1, turun. Lebih dari US$ 40 miliar valuasi stablecoin hilang. Tiba-tiba, orang-orang mulai panik, menarik investasi kripto mereka, Bitcoin turun lagi 16% dalam satu minggu.

Celsius menghentikan penarikan karena “kondisi pasar yang ekstrim”. Binance juga menghentikan penarikan, sementara BlockFi memangkas 20% tenaga kerjanya.

Baca Juga : FTX Hancur, Apa Kabar Solana (SOL)?? | Indonesia

Bitcoin mengalami bulan terburuk pada bulan Juni, kehilangan sekitar 38% dari nilainya. Ethereum, anjlok lebih dari 40%. Hype NFT juga mulai hilang. Ekosistem NFT mencatat kinerja terburuknya pada Juni 2022 karena jumlah total penjualan harian turun menjadi sekitar 19.000 dengan perkiraan nilai $13,8 juta dari US$ 780,4 juta sebulan sebelumnya.

Lalu datanglah kebangkrutan.

Perusahaan kripto Singapura 3AC mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan Juli. Padahal beberapa bulan sebelumnya mereka pamer memiliki aset $10 miliar. Kemudian efek dominonya menyebar ke Voyager Digital. Lalu giliran Celsius, dan yang terbaru FTX, salah satu raksasa pertukaran kripto. Kejatuhan FTX dikhawatirkan akan menular ke Gemini dan Genesis.

Sumber : beritasatu.com

Berlangganan Tabloid Crypto
Verifikasi Data Indodax Cara Membuat Wallet dan Deposit di Indodax 6
Cloud Hosting Indonesia

Tentang Penulis: Tabloid Crypto

MEDIA ONLINE KOMUNITAS CRYPTO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *