Crypto News – Pasar kripto berbalik arah dan melemah pada perdagangan Selasa (25/10/2022), setelah sebelumnya sempat menguat dalam tiga hari beruntun.
Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin melemah 0,62% ke posisi harga US$ 19.304,16/koin atau setara dengan Rp 301.434.458/koin (asumsi kurs Rp 15.615/US$). Sedangkan untuk Ethereum terkoreksi 1,16% ke posisi US$ 1.339,87/koin atau Rp 20.922.070/koin.
Berikut pergerakan 7 kripto utama non-stablecoin pada hari ini.
Cryptocurrency | Dalam Dolar AS | Dalam Rupiah | Perubahan Harian (%) | Perubahan 7 Hari (%) | Kapitalisasi Pasar (US$ Miliar) |
Bitcoin (BTC) | 19.304,16 | 301.434.458 | -0,62% | -1,18% | 370,05 |
Ethereum (ETH) | 1.339,87 | 20.922.070 | -1,16% | 0,57% | 163,82 |
BNB | 273,94 | 4.277.573 | -0,50% | -0,11% | 43,78 |
XRP | 0,4508 | 7.039 | -2,73% | -4,80% | 22,51 |
Cardano (ADA) | 0,3621 | 5.654 | 0,82% | -1,73% | 12,36 |
Solana (SOL) | 28,29 | 441.748 | -2,18% | -9,05% | 10,10 |
Dogecoin | 0,05949 | 929 | -1,26% | -0,24% | 7,86 |
Sumber: CoinMarketCap
Baca Juga : Pasar Saham Menurun, Bursa Kripto Ini Dapat Izin Operasi di 7 Negara
Bitcoin terus bertahan selama berminggu-minggu di kisaran US$ 19.000, di tengah lesunya sebagian besar kripto besar lainnya setelah selama tiga hari menguat.
Lesunya kripto sepertinya disebabkan karena investor tidak terlalu mempertahankan kepemilikannya karena kondisi global masih dilanda ketidakpastian, meski pada hari ini sentimen pasar cenderung positif.
Investor terus mengamati upaya bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) untuk menjinakkan inflasi. Seperti diketahui sebelumnya, pasar melihat ada ruang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
Jika benar terjadi, maka tentunya akan menjadi kabar baik. Resesi memang hampir pasti terjadi, tetapi kemungkinan tidak akan dalam. Tinggal melihat apakah inflasi akan mulai menurun. Masalahnya jika inflasi masih tetap tinggi, maka The Fed bisa jadi akan terus agresif.
Selain harapan akan The Fed mengurangi agresivitasnya masih berdampak positif ke pasar finansial, ada kabar baik lagi. Sebelumnya dua pekan lalu, analis dari Moody’s Analytics yang melihat dalam 6 bulan ke depan tekanan inflasi di AS akan mereda.
“Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), akan turun dari level saat ini sekitar 8% menjadi 4%,” kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody’s Analytics dalam acara “Fast Money” CNBC International, Rabu (12/10/2022) lalu.
Selain itu, Zandi percaya kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.
Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% – 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.
“Mereka akan mempertahankan suku bunga di level tersebut hingga 2024. Tetapi jika saya salah… dan inflasi masih tetap tinggi, mereka akan kembali menaikkan suku bunga dan kita akan masuk ke resesi,” ujar Zandi.
Sementara itu dari China, data pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 akhirnya resmi dirilis pada Senin kemarin, setelah ditunda sejak Selasa pekan lalu.
Biro Statistik China (NBS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III-2022 tumbuh 3,9% (year-on-year/yoy). Rilis tersebut lebih tinggi dari hasil survei Reuters terhadap para analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,4%.
Baca Juga : Market Kripto Mulai Mundur, Bitcoin Mentok di US$ 20.000?
Rilis data pertumbuhan ekonomi China yang lebih bagus tersebut juga menjadi sentimen positif. Setidaknya, kemerosotan ekonomi yang bisa terjadi tidak seburuk perkiraan.
Di lain sisi, menurut trader veteran, Peter Brandt, mengatakan bahwa Bitcoin kemungkinan akan tetap dalam kisaran ketat untuk sementara waktu, dan bahkan bisa terjun ke level support US$ 13.000, atau titik perdagangan terendah, sebelum bisa reli ke level tertinggi baru.
Bitcoin telah diperdagangkan dalam kisaran yang sempit, dan katalis untuk mengirim kriptoterbesar berdasarkan kapitalisasi pasar yang lebih tinggi belum muncul. Volatilitas telah berkurang secara substansial.
Average True Range (ATR) Bitcoin, pengukuran volatilitas harga secara keseluruhan, telah menurun 76% tahun ini dan berada di level yang terakhir terlihat pada November 2020.
Sumber : cnbcindonesia.com