Tabloid Crypto – Dalam era digital yang terus berkembang, penambangan Bitcoin dan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi dua kekuatan utama yang bersaing untuk mendapatkan sumber daya energi yang terbatas.
Dengan meningkatnya permintaan untuk pusat data yang lebih efisien dan kuat, kedua sektor ini telah mengubah pola konsumsi energi di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Artikel ini akan membahas dampak dari persaingan ini, proyeksi konsumsi energi, serta implikasi lingkungan yang mungkin timbul.
Baca Juga :Â Peretasan dan Penipuan Merugikan Industri Kripto Lebih dari $1.2 Miliar pada Tahun 2024
Proyeksi Konsumsi Energi
Lonjakan Permintaan Energi
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa konsumsi energi gabungan dari penambangan Bitcoin dan AI akan melonjak hingga 1.050 TWh pada tahun 2026. Angka ini cukup untuk memberi daya pada seluruh negara, menunjukkan betapa signifikan dampak kedua sektor ini terhadap konsumsi energi global.
- Penambangan Bitcoin: Diperkirakan menggunakan sekitar 120 TWh energi setiap tahunnya. Pada tahun 2023, penambangan Bitcoin menyumbang 0,4% dari total konsumsi energi global.
- Kecerdasan Buatan: Diproyeksikan akan mengonsumsi antara 85 dan 134 TWh listrik pada tahun 2027, setara dengan total konsumsi energi tahunan Norwegia dan Swedia.
Dampak pada Infrastruktur Energi
Perubahan Pola Konsumsi Energi
Dengan meningkatnya persaingan antara penambangan Bitcoin dan AI, pola konsumsi energi di AS telah berubah secara drastis. Pusat data AI diproyeksikan akan mengonsumsi sekitar 9% dari total konsumsi listrik di AS, lebih dari dua kali lipat dari tingkat konsumsi saat ini.
Perusahaan teknologi besar seperti Amazon dan Microsoft kini berusaha untuk mengamankan aset energi yang sebelumnya dikuasai oleh penambang kripto. Hal ini menciptakan situasi di mana beberapa operator penambangan terpaksa menyewakan dan menjual infrastruktur listrik mereka untuk tetap bertahan.
Ketergantungan pada Sumber Energi
Menariknya, penambangan kripto sebagian besar bergantung pada sumber energi terbarukan, dengan sekitar 70% konsumsi energinya berasal dari sumber energi hijau. Sebaliknya, pusat data AI lebih banyak bergantung pada bahan bakar fosil, yang menimbulkan tantangan lingkungan yang signifikan.
Implikasi Lingkungan
Jejak Karbon dan Sumber Energi Alternatif
Dengan meningkatnya tekanan untuk mengurangi jejak karbon, perusahaan teknologi kini dihadapkan pada tantangan untuk mempertimbangkan sumber energi alternatif, termasuk tenaga nuklir. Pusat data AI tidak hanya menghadapi tantangan dalam hal konsumsi energi, tetapi juga dalam hal konsumsi air yang meningkat untuk mendinginkan server AI generatif.
Baca Juga :Â Dompet Bitcoin dengan 100 BTC Bangkit dari Kelesuan Selama 11 Tahun
Kesimpulan
Persaingan antara penambangan Bitcoin dan AI untuk mendapatkan energi telah menciptakan tantangan baru dalam hal konsumsi energi dan dampak lingkungan. Dengan proyeksi konsumsi energi yang terus meningkat, penting bagi perusahaan untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan efisien untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Ke depannya, kolaborasi antara sektor-sektor ini mungkin menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem energi yang lebih seimbang dan berkelanjutan. (red/tc)